Sabtu, 10 Januari 2009

Kekayaan Tak Ternilai ADA di Hutan Indonesia
Dengan luas hutan sekitar 109 juta hektar (2003), Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Tapi dari luasan hutan yang tersisa itu, hampir setengahnya terdegradasi.

Namun tak banyak yang menyadari bahwa kekayaan hutan Indonesia tidaklah sebatas kayu. Keanekaragaman flora fauna ini sangat bermanfaat, diantaranya bagi industri farmasi/kerajinan, pariwisata, dan ilmu pengetahuan. Disamping itu, hutan juga menjaga fungsi tata air, penyerap dan penyimpan karbondioksida, serta sumber air bagi kebutuhan makhluk hidup.

Masih Adakah Sisa Hutan di Indonesia?
Sejak tahun 1970 penggundulan hutan mulai marak di Indonesia. Pada tahun 1997-2000, laju kehilangan dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Saat ini diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28%. Jika tidak segera dihentikan, maka hutan yang tersisa akan segera musnah.

Kerusakan hutan di Indonesia terutama disebabkan oleh:
- penebangan liar (illegal logging)
- kebakaran hutan dan lahan
- kegiatan penambangan
- peralihan fungsi hutan (konversi) menjadi perkebunan skala besar dan hutan tanaman industri
- penebangan yang tidak lestari (unsustainable logging)

Industri pengolahan kayu Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 80 juta meter kubik kayu untuk memenuhi kebutuhan industri penggergajian, kayu lapis, kertas, dan pulp. Lebih dari setengahnya didapatkan dari hasil pembalakan illegal di hutan alam.

Hutan Makin Rusak, Bumi Makin Panas
Kerusakan hutan melepas emisi GRK terbesar!
Salah satu fungsi hutan adalah menyerap emisi gas karbondioksida untuk diubah menjadi oksigen. Berkurangnya luas hutan akan menyebabkan terjadinya pelepasan emisi karbon yang telah diserap oleh hutan tersebut.

Hutan Gambut: Penyerap dan Pelepas Emisi GRK terbesar
Lahan gambut merupakan penyerap emisi gas rumah kaca yang sangat signifikan. Bayangkan jika lahan gambut dibuka dan apalagi dibakar, maka emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer sangatlah besar (3 – 10 kali emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh ekosistem lainnya di daratan).

Indonesia memiliki 20 juta hektar lahan gambut, sebagian besar terletak di Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan berskala besar yang terjadi tahun 1997-1998 telah melahap sekitar 10 juta hektar lahan gambut. Akibatnya, terhitung 0,81-2,57 gigaton karbon dilepas ke atmosfer. Sangat signifikan untuk mempercepat pemanasan global.

Kesimpulan:
Dengan luas sekitar 109 juta hektar, hutan Indonesia sangat berpotensi sebagai penyerap emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berbagai kegiatan manusia. Namun jika tidak dikelola dengan serius, maka hutan Indonesia juga berkontribusi mempercepat laju pemanasan global.

Belum ditambah kerugian ekonomi dan sosial yang sangat besar karena tingginya tingkat deforestasi di Indonesia.

Jangan tunggu sampai hutan Indonesia punah untuk bertindak!

0 komentar:

Posting Komentar

Sharingan

Sharingan

Konco-Konco

group
Johan d'scout © 2008 Template by:
SkinCorner